Gejala Ablasio Retina: Pemeriksaan dan Diagnosisnya
18/07/19
Ablasio retina adalah gangguan pada mata berupa terlepasnya retina dari posisi awalnya. Gejala ablasio retina bermacam-macam.
Penyebab ablasio retina pun beragam. Demikian pula pemeriksaan dan diagnosisnya. Di Indonesia, penanganan ablasio retina sudah kian maju.
Dokter mata bisa memberikan tindakan yang tepat setelah melakukan pemeriksaan menyeluruh. Karena itu, dibutuhkan inisiatif dari pasien untuk datang dan berkonsultasi ketika merasakan gejala ablasio retina sedari dini.
Gejala Ablasio Retina
Gejala ablasio retina diawali dengan munculnya titik titik hitam beterbangan, kadang disertai dengan kilatan cahaya seperti lampu flash. Gejala yang lain dapat terjadi pandangan seperti melihat gorden. Apabila terjadi salah satu gejala tersebut maka pasien harus segera memeriksakan matanya ke dokter.
Biasanya tidak butuh waktu yang lama untuk retina yang tipis tersebut menjadi robekan yang lebih besar dan berbahaya. Orang yang mengalami robekan di retinanya tidak mengalami rasa sakit sehingga tidak segera datang untuk konsultasi ke dokter.
Gejala awal lainnya adalah mendadak muncul sekelebat cahaya dalam penglihatan. Kilatan cahaya ini tidak ajek ada, tapi sering tiba-tiba datang dan mengganggu pandangan.
Tentu tidak nyaman melihat dengan dua gangguan pada mata tersebut. Bila Anda mengalami dua gejala awal itu, berarti lampu merah akan adanya ablasio retina sudah menyala.
Tanpa disadari, dalam sekejap Anda mengalami kesulitan dalam melihat karena posisi retina kian bergeser. Tak butuh waktu lama hingga retina kemudian benar-benar terlepas sehingga membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Ketika mendapati penglihatan seolah-olah terhalang tirai transparan, bisa jadi gejala ablasio retina juga sedang menyerang. Tirai atau garis-garis ini bisa terlihat memanjang dari atas mata ke bawah atau dari satu sisi ke sisi lain.
Bisa disimpulkan gejala ablasio retina dalam penglihatan mencakup:
- Titik/bercak melayang
- Kilatan cahaya
- Penglihatan terhalang semacam tirai
- Penglihatan kabur
Tak ada rasa sakit yang secara langsung dikaitkan dengan ablasio retina. Karena itulah orang kerap tak segera datang ke dokter untuk konsultasi saat mengalami gejala-gejala tersebut.
Pemeriksaan/Evaluasi Ablasio Retina
Menurut hasil penelitian dokter Sanjay Sharma dari Queen's University di Kingston, Ontario, Kanada, satu dari tujuh orang yang mengaku melihat bercak atau tirai saat melihat berisiko mengalami ablasio retina. Hasil riset itu dimuat di Journal of the American Medical Association.
Dokter Sharma, yang juga seorang profesor oftalmologi dan epidemiologi di Queen's University, menyebutkan orang-orang yang terdeteksi mengalami gejala ablasio retina sejak awal bisa diselamatkan dari potensi kebutaan. Jika mata sudah telanjur lepas, penanganan bisa jadi sudah terlambat.
Maka penting untuk menjalani pemeriksaan/evaluasi ablasio retina saat mendapati gejala. Makin dini pemeriksaan makin bagus demi kualitas hidup yang lebih baik tanpa gangguan penglihatan.
Adapun pemeriksaan ablasio retina yang utama dilakukan dengan screening atau penyaringan mata. Screening mata penting sebagai tahap awal untuk mengidentifikasi gangguan yang terjadi.
Dalam hal ablasio retina, gejala seperti pandangan kabur dan kilatan cahaya tidak selalu menjadi tanda bakal terlepasnya retina. Itu sebabnya disarankan memeriksakan mata secara reguler kepada dokter, setidaknya dua kali dalam setahun.
Prosedur screening mata meliputi tes penglihatan dengan peralatan khusus. Tindakan dan penanganan penyakit retina bakal ditentukan arahnya lewat hasil screening ini.
Jadi, makin komplet pemeriksaan, dokter bakal makin yakin mendeteksi gangguan yang terjadi. Yang lebih penting, dokter tak keliru mengambil langkah untuk mengobati pasien yang mengeluh sakit mata dari pemeriksaan itu.
Diagnosis Ablasio Retina
Setiap klinik atau rumah sakit mata umumnya memiliki opsi prosedur diagnosis serupa untuk mendeteksi gejala ablasio retina. Boleh jadi hanya peralatan dan pelayanan yang berbeda-beda.
Diagnosis ablasio retina bisa terdiri atas beberapa prosedur. Setiap prosedur memiliki fungsinya sendiri-sendiri, termasuk dalam kaitannya dengan penyebab ablasio retina yang dialami pasien.
Visus (Tajam Penglihatan) dan Lapang pandang
Pemeriksaan pertama dan paling penting dalam pemeriksaan mata adalah pemeriksaan tajam penglihatan. Dari pemeriksaan ini dapat diketahui apakah kelainan mata terjadi di badan kaca atau pada saraf mata.
Apabila terjadi penurunan tajam penglihatan karena kekeruhan badan kaca, maka penurunan tajam penglihatan masih dapat dikoreksi. Apabila terdapat kelainan di saraf mata salah satunya adalah ablasio retina, maka penurunan tajam penglihatan tidak dapat dikoreksi.
Pemeriksaan lapang pandang berguna untuk melihat retina bagian manakah yang lepas.
Funduskopi
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan wajib dan paling penting dilakukan apabila terjadi penurunan tajam penglihatan. Apakah penurunan tajam penglihatan disebabkan karena keruhnya badan kaca di bagian depan, atau karena kelainan retina.
Diagnosis dengan metode funduskopi dijalankan dengan alat bernama funduskop atau oftalmoskop. Dalam pemeriksaan ini, dokter bisa memantau kondisi fundus (bagian depan dan belakang mata) untuk mengetahui ada tidaknya tanda ablasio retina.
Funduskopi juga bisa menemukan adanya masalah pada pembuluh darah di mata. Masalah ini bisa menjadi salah satu penyebab ablasio retina, terutama bila pasien menderita diabetes atau tekanan darah tinggi.
Diagnosis Penunjang
Dalam diagnosis penunjang, bisa diterapkan sejumlah pemeriksaan untuk mendeteksi gejala ablasio retina. Untuk lebih memperjelas retina bagian mana yang lepas, dapat dilakukan foto fundus dan atau USG B-Scan apabila funduskopi tidak dapat dilakukan. Untuk foto retina, pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan alat OPTOS.
OPTOS adalah alat fotografi diagnostik untuk retina yang dapat menghasilkan gambar retina hingga 82% atau 200 derajat dalam satu kali foto, yang disebut sebagai "optomap." Kemampuan untuk menghasilkan gambar ultra-widefield dengan resolusi tinggi ini adalah satu-satunya di dunia, alias hanya dimiliki OPTOS.
Kemampuan OPTOS untuk mengambil gambar seluas itu membuat kelainan retina di bagian perifer (bagian tepi) jadi dapat terdeteksi. Kelainan-kelainan seperti robekan retina, tumor, retinopati diabetik, dan sebagainya, kadang kala dapat muncul di bagian perifer dulu sebelum menyebar ke bagian tengah belakang mata.
Dokter juga dapat melakukan uji fisik dan uji lab karena ada beberapa jenis ablasio retina. Dengan diagnosis yang tepat, diharapkan dokter bisa mengambil kesimpulan yang tepat pula sehingga langkah pengobatannya memberikan hasil maksimal.
Di samping peralatan yang mumpuni, peran dokter sungguh signifikan dalam upaya penyembuhan penyakit ablasio retina. Namun itu saja belum cukup.
Kesadaran memeriksakan kondisi mata sendiri secara reguler juga berkontribusi. Pada zaman serba digital ini, jadwal konsultasi dengan dokter bisa dibuat dengan lebih mudah secara online.
Gejala ablasio retina awal bisa ditemukan dalam pemeriksaan rutin ini. Dengan begitu, penanganan selanjutnya bisa ditentukan sehingga pasien terlindungi dari risiko ablasio retina terbesar: kebutaan permanen.